News Breaking
Youtube
wb_sunny

Breaking News

Menunda Memberi?

Menunda Memberi?

Ketika orang lain memberi, seseorang berkomentar, “wajar kalau dia memberi karena pemasukan dia dari gaji dia dan sebagian dari gaji pasangan. Sedangkan aku, aku hanya punya 1 sumber karena masih single (tidak ada penggabungan keuangan).” Beberapa waktu kemudian, orang tersebut mendapat kenaikan gaji. Akankah dia mau berbagi dengan orang lain? 
Mengapa orang itu berkomentar seperti itu? Mungkin jika kita berada di posisi dia, kita memaklumkan hal itu tapi apakah pemikiran itu sesuai dengan Firman Tuhan? 
Motif memberi yaitu memikirkan kebutuhan orang lain. Tidak berhenti di sana, dikatakan memberi apabila kita bertindak atau berbuat sesuatu bagi mereka. 

Diperlukan iman ketika seseorang memberi. Iman kepada Allah berperan ketika pra memberi dan pasca memberi. Dikatakan terjadi sebelum memberi, orang yang memberi berdoa dan meyakini Tuhan menyediakan berkat bagi orang lain melalui dia. 

Iman berperan pasca memberi: menempatkan tindakan baik dia di ‘tempat’ yang wajar sehingga menyadarkan bahwa apa yang dilakukan adalah hal biasa. Pemikiran ini menjaga kita agar tidak sombong.
Definisi yang ditetapkan seseorang tentang keadaan cukup juga salah satu faktor penentu dalam memberi. 

Cukup menurut standar Firman Tuhan yaitu memiliki makanan dan pakaian (1 Tim. 6:8). Dengan kata lain, berkecukupan berarti berada dalam keadaan yang mampu memenuhi kebutuhan dasar hidup (mungkin kita bisa menambahkan kebutuhan akan tempat tempat tinggal). Kita mengenal kebutuhan dasar ini: sandang, pangan dan papan. 
Jadi, kita sebaiknya tidak menunda hingga berada di titik aman tertentu (dalam hal finansial) baru memberi tapi kita bisa melakukannya mulai dengan apa yang ada pada kita (mungkin itu sedikit). 
Juga kita perlu mengingat kesempatan untuk memberi mungkin tidak datang untuk kedua kali (bisa saja orang itu harus pindah ke kota lain atau karena waktu hidup yang singkat). Memberi tidak bisa menunggu. Orang yang rindu berbagi tidak mungkin menutup mata dan membiarkan orang lain tidak tertolong. 
Penulis: Yohan Winata, S.Pd, M.Th

Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.