RASA KECEWA YANG MEMBUSUK
Manusia sering menghadapi dan merasakan kekecewaan. Sebab apa yang diharapkan tidak sesuai dengan kenyataannya. Mungkin setiap hari akan selalu kita temui. Bangun pagi, berharap cuaca cerah, ternyata hujan hingga aktifitas di luar terganggu. Berharap anak-anak bisa bangun pagi dan bersiap untuk berdoa dan sekolah, ternyata tidak demikian.
Kekecewaan manusia akan menjadi luka membusuk jika kita membiarkannya dengan sengaja menempel di hati kita. Berapa banyak manusia tanpa sadar mengalami demikian?
Kecewa dengan pelayanan, kecewa dengan pimpinan, kecewa dengan Hamba Tuhan, kecewa akan janji orang, dan masih banyak lagi.
Saya pernah dan sering mengalaminya. Dari yang paling sederhana hingga cukup berat kecewanya. Dengan pimpinan dan hamba Tuhan. Dengan janji dan keputusan. Sesaat menyakitkan tapi diperlukan respon positif untuk menyelesaikannya. Karena saya sadar kekecewaan itu bisa menjadi luka yang berakibat pada diri saya dalam jangka panjang, Bukan hanya itu, namun dapat menjadi penghambat terjadinya terobosan dalam hidup saya di masa depan. Bersyukur dan belajar untuk berempati. Tidak mudah memang, tapi bisa dicoba dan terus menerus dilakukan. Percaya bahwa Tuhan Yesus ada maksud indah untuk membentuk pribadi kita.
Jika kita dianggap mengecewakan orang lain, baik sengaja maupun tidak sengaja apa yang dapat kita lakukan? Mereka berharap tapi kita tidak dapat memenuhi harapan mereka. Klarifikasi memang diperlukan namun kita sendiri tak boleh terlalu larut dan hanyut dengan kekecewaan mereka apalagi dilingkupi dengan rasa bersalah. Jika memang ada kesalahan, kita memang harus memperbaikina. Jika memang adanya kesalahpahaman dan tetap saja mereka tak mengerti, biarkanlah.
Selamat kecewa...
Kita harus siap menghadapinya..
Kita harus menang bergulat dengannya..
