Refleksi Teologis dari Pembacaan Hakim-Hakim 10:6-18
Pembacaan cermat atas kehidupan Israel di kitab Hakim-Hakim menuntun kita kepada penarikan kesimpulan tentang siklus kehidupan mereka ketika mendiami tanah Kanaan. Siklus tersebut terdiri dari respon Israel atas peristiwa yang dialami dan respon Tuhan atas tindakan umat-Nya.
Siklus yang terbentuk disarikan sebagai berikut: Peristiwa Respon Israel (I)/ Respon Tuhan (T) Diberkati Tuhan —> I: jatuh ke dalam penyembahan berhala. Dimurkai Tuhan—> I: mengalami kesusahan karena dipermudah oleh bangsa lain.
Berseru kepada Allah dan bertobat —> T:menjadi inisiator penyelamatan mereka dengan mengutus hakim pembebas Israel
Diberkati dengan kesejahteraan —> I: menyembah allah asing.
Mengerucutkan pembahasan ke judul artikel, penulis memberikan latar belakang apa yang terjadi kepada Israel di perikop yang dipilih.
Mereka, orang Israel yang tinggal diseberang Sungai Yordan dan di tanah orang Amori yang di Gilead (ay. 8), mengalami penjajahan orang Filistin dan Amon (ay. 7). Israel tertindas dan membutuhkan pertolongan.
Israel menyadari para allah mereka tidak berkuasa untuk menyelamatkan.
Pemikiran ini mendasari respon mereka terhadap pernyataan Tuhan yang dicatat di ayat 14, “Pergi sajalah berseru kepada para allah lain yang telah kamu pilih itu; biar merekalah yang menyelamatkan kamu, pada waktu kamu terdesak.”, dengan berkata “… Hanya tolonglah kiranya kami sekarang ini!” (ay. 15b-pesan implisit yang ditafsirkan penulis berisi tentang kesadaran Israel). Mereka meminta pertolongan kepada Allah Israel.
Sebelum lahirnya pernyataan ini, Israel menunjukkan kesadaran atas perbuatan mereka (menyakiti hati Tuhan) dengan mengakui perboatan dosa mereka (ay. 15). Respon lanjutan ditunjukkan dengan menjauhkan para allah asing di antara mereka; berbalik kepada Allah Israel (ay.16a).
Tuhan tidak dapat tahan melihat hal ini; Dia menjadi inisiator penyelamatan mereka (ay.16b).
Hal yang dapat kita pelajari dari pembacaan kita hari ini yaitu Tuhan menantikan langkah kita selanjutnya atas pelanggaran yang diperbuat: akankah bertobat atau tetap tetap tinggal di ‘kubangan’ dosa.
Pertobatan yang dicatat yaitu yang diejahwantakan dalam tindakan (pengakuan dosa dan menjauhkan diri dari mengulangi perbuatan tersebut). Tuhan tidak menahan kasih-Nya, penerimaan, penyelamatan dan pemulihan-Nya, bagi yang berbalik kepada-Nya.
Penulis: Yohan Winata, S.Pd, M.Th